INDAHNYA BERBAGI SESAMA

كُنتُمْ خَيْرَ أُمَّةٍ أُخْرِجَتْ لِلنَّاسِ

Monday 22 August 2011

AISYAH IBNU ABU BAKAR AS SIDDIK BELAHAN JIWA RASULULLAH

Dialah ‘Aisyah bintu Abi Bakr ‘Abdillah bin Abi Quhafah ‘Utsman bin ‘Amir bin ‘Amr bin Ka’b bin Sa’d bin Taim bin Murrah bin Ka’b bin Lu’ay al-Qurasyiyyah at-Taimiyyah al-Makkiyyah x. Dia seorang wanita yg cantik dan berkulit putih sehingga mendapat sebutan al-Humaira’. Ibu bernama Ummu Ruman bintu ‘Amir bin ‘Uwaimir bin ‘Abdi Syams bin ‘Attab bin Udzainah al-Kinaniyyah. Dia lahir ketika cahaya Islam telah memancar sekitar delapan tahun sebelum hijrah. Dihabiskan masa kanak-kanak dlm asuhan sang ayah kekasih Rasulullah  seorang sahabat yg mulia Abu Bakr ash-Shiddiq z.

Rasulullah saw membuka lembaran kehidupan rumah tangganya dengan Aisyah r.a yang telah banyak dikenal. Ketika wahyu datang pada Rasulullah saw, Jibril membawa kabar bahwa Aisyah adalah istrinya didunia dan diakhirat, sebagaimana diterangkan didalam hadits riwayat Tirmidzi dari Aisyah r.a,

“Jibril datang membawa gambarnya pada sepotong sutra hijau kepada Nabi saw, lalu berkata.’ Ini adalah istrimu didunia dan di akhirat.”

Dialah yang menjadi sebab atas turunnya firman Allah swt yang menerangkan kesuciannya dan membebaskannya dari fitnah orang-orang munafik.

Aisyah dilahirkan empat tahun sesudah Nabi saw diutus menjadi Rasul. Semasa kecil dia bermain-main dengan lincah, dan ketika dinikahi Rasulullah saw usianya belum genap sepuluh tahun. Dalam sebagian besar riwayat disebutkan bahwa Rasulullah saw membiarkannya bermain-main dengan teman-temannya.

Dua tahun setelah wafatnya Khadijah r.a datang wahyu kepada Nabi saw untuk menikahi Aisyah r.a. Setelah itu Nabi saw berkata kepada Aisyah, “Aku melihatmu dalam tidurku tiga malam berturut-turut. Malaikat mendatangiku dengan membawa gambarmu pada selembar sutra seraya berkata,’ Ini adalah istrimu.’ Ketika aku membuka tabirnya, tampaklah wajahmu. Kemudian aku berkata kepadanya,’ Jika ini benar dari Allah swt , niscaya akan terlaksana.”

Mendengar kabar itu, Abu Bakar As Siddiq dan istrinya sangat senang, terlebih lagi ketika Rasulullah saw setuju menikahi putri mereka, Aisyah. Beliau mendatangi rumah mereka dan berlangsunglah pertunangan yang penuh berkah itu. Setelah pertunangan itu, Rasulullah saw hijrah ke Madinah bersama para sahabat, sementara istri-istri beliau ditinggalkan di Mekah. Setelah beliau menetap di Madinah, beliau mengutus orang untuk menjemput mereka, termasuk didalamnya Aisyah r.a.

Dengan izin Allah swt menikahlah Aisyah dengan mas kawin 500 dirham. Aisyah tinggal di kamar yang berdampingan dengan masjid Nabawi. Di kamar itulah wahyu banyak turun, sehingga kamar itu disebut juga sebagai tempat turunnya wahyu.

Dihati Rasulullah SAW, kedudukan Aisyah sangat istimewa, dan tidak dialami oleh istri-istri beliau yang lain. Didalam hadits yang diriwayatkan oleh Anas bin Malik dikatakan, “Cinta pertama yang terjadi didalam Islam adalah cintanya Rasulullah saw kepada Aisyah r.a.”

Didalam riwayat Tirmidzi dikisahkan “Bahwa ada seseorang yang menghina Aisyah dihadapan Ammar bin Yasir sehingga Ammar berseru kepadanya,’ Sungguh celaka kamu. Kamu telah menyakiti istri kecintaan Rasulullah saw.”

Sekalipun perasaan cemburu istri-istri Rasulullah SAW terhadap Aisyah sangat besar, mereka tetap menghargai kedudukan Aisyah yang sangat terhormat. Bahkan ketika Aisyah wafat, Ummu Salamah berkata, ‘Demi Allah swt, dia adalah manusia yang paling beliau cintai selain ayahnya (Abu Bakar)’.

Di antara istri-istri Rasulullah saw, Saudah binti Zam'ah sangat memahami keutamaan-keutamaan Aisyah, sehingga dia merelakan seluruh malam bagiannya untuk Aisyah.

Wanita yang satu ini memang luar biasa. Rasulullah saw. menjulukinya "Humaira" (Si Jelita yang kemerah-merahan pipinya). Bahkan, ia tak hanya cantik lahirnya, sopan tutur katanya, dan lembut perilakunya, tetapi juga dikenal sebagai wanita yang smart (cerdas) dan pandai sehingga menjadikannya termasuk al-mukatsirin (orang yang terbanyak meriwayatkan hadis).

Disebutkan, muslimah yang wafat pada usia 63 tahun ini telah meriwayatkan sebanyak 2210 hadis: 297 di antaranya tersebut dalam kitab shahihain dan yang mencapai derajat muttafaq `alaih 174 hadis.

Tentang keutamannya yang lain, Aisyah ra. pernah bilang seperti ini, "Saya telah dianugerahi sembilan perkara yang tidak pernah diberikan kepada siapa pun setelah Maryam binti Imran. Kesembilan perkara itu adalah:



1) Telah datang Jibril (dalam mimpi Rasulullah saw.) dengan gambarku dan menyuruh beliau untuk menikahiku.

2) Rasulullah saw. menikahiku dalam keadaan perawan dan tidak demikian halnya dengan istri Rasul yang lain.

3) Rasulullah saw. wafat di pangkuanku.

4) Sayalah yang menguburkan Rasulullah saw di rumahku. 5) Ketika wahyu turun kepada Rasulullah saw, saya pernah
turut serta menemaninya di biliknya.

6) Saya adalah putri khalifahnya dan teman kepercayaannya, yaitu Abu Bakar as-Shidiq.

7) Telah turun permaafan (udzur) buatku dari langit (dalam peristiwa haditsul ifki').

8) Saya telah diciptakan dalam keadaan baik (suci) untuk mendampingi orang yang baik.

9) Saya telah dijanjikan pengampunan dan rezeki yang mulia. "

Dilalui hari-hari setelah itu di tengah keluarga hingga tiba saat Rasulullah  menjemput –tiga tahun kemudian seusai beliau kembali dari pertempuran Badr – utk memasuki rumah tangga yg dipenuhi cahaya nubuwwah di Madinah. Tidak satu pun di antara istri-istri beliau yg dinikahi dlm keadaan masih gadis kecuali ‘Aisyah x.

Seorang wanita yg mulia sabar bersama Rasulullah  di tengah kefakiran dan rasa lapar hingga terkadang hari-hari yg panjang berlalu tanpa nyala api utk memasak makanan apa pun. Yang ada hanyalah kurma dan air.

Seorang istri yg menyenangkan suami yg mulia menggiring kegembiraan ke dlm hati menghilangkan segala kepayahan dlm menjalani kehidupan dakwah utk menyeru manusia kepada Allah.

Allah  memberikan banyak keutamaan bagi di antara dgn meraih kecintaan Rasulullah . Kecintaan yg tdk tersamarkan tatkala Rasulullah  menyatakan hal itu dari lisan yg mulia hingga para sahabat pun berusaha mendapatkan ridha Rasulullah  dlm hal ini. Siapa pun yg ingin memberikan hadiah kepada beliau biasa menangguhkan hingga tiba saat Rasulullah  berada di tempat ‘Aisyah. Di sisi lain ada istri-istri Rasulullah  wanita-wanita mulia yg tdk lepas dari tabiat mereka sebagai wanita. tdk urung kecemburuan pun merebak di kalangan mereka sehingga mereka mengutus Ummu Salamah utk menyampaikan kepada Rasulullah  agar mengatakan kepada manusia siapa pun yg ingin memberikan hadiah hendak memberikan di mana pun beliau berada saat itu.

Ummu Salamah x pun mengungkapkan hal itu saat beliau berada di sisi namun beliau tdk menjawab sepatah kata pun. Diulangi permintaan itu tiap kali Rasulullah  datang kepada dan beliau pun tetap tdk memberikan jawaban. Pada kali yg ketiga Ummu Salamah x mengatakan beliau menjawab “Janganlah engkau menggangguku dlm permasalahan ‘Aisyah krn sesungguh Allah tdk pernah menurunkan wahyu dlm keadaan diriku di dlm selimut salah seorang pun dari kalian kecuali ‘Aisyah.”

Kemuliaan demi kemuliaan diraih dari sisi Allah . Dari banyak peristiwa yg dialami Allah  menurunkan ayat-ayat-Nya. Suatu ketika ‘Aisyah turut dlm perjalanan Rasulullah . Rombongan itu pun singgah di suatu tempat. Tiba-tiba ‘Aisyah x merasa kalung hilang sementara kalung itu dipinjam dari Asma’ kakaknya.

Rasulullah  pun memerintahkan para sahabat yg turut dlm rombongan itu utk mencarinya. Terus berlangsung pencarian itu hingga masuk waktu shalat. Akan tetapi ternyata tdk ada air di tempat itu sehingga para sahabat pun shalat tanpa wudhu’. Tatkala bertemu dgn Rasulullah  mereka mengeluhkan hal ini kepada beliau. Saat itulah Allah  menurunkan ayat-Nya tentang tayammum.

Melihat kejadian ini Usaid bin Hudhair z mengatakan kepada ‘Aisyah “Semoga Allah memberikan balasan kepadamu berupa kebaikan. Demi Allah tdk pernah sama sekali terjadi sesuatu padamu kecuali Allah jadikan jalan keluar bagimu dari permasalahan itu dan Allah jadikan barakah di dlm bagi seluruh kaum muslimin.”

Satu peristiwa penting tercatat dlm kehidupan ‘Aisyah. Allah  menyatakan kesucian dirinya. Berawal dari kepulangan Rasulullah  dari pertempuran Bani Musthaliq yg ‘Aisyah x turut dlm rombongan itu. Di tengah perjalanan ketika rombongan tengah beristirahat ‘Aisyah x pergi utk menunaikan hajatnya. Namun ia kehilangan kalung sehingga kembali lagi utk mencarinya. Berangkatlah rombongan dan ‘Aisyah tertinggal tanpa disadari oleh seorang pun. ‘Aisyah menunggu di tempat semula dgn harapan rombongan itu kembali hingga ia tertidur.

Saat itu muncullah Shafwan ibnul Mu’atthal z yg tertinggal dari rombongan Rasulullah . Melihat ‘Aisyah dia pun beristirja’1 dan ‘Aisyah terbangun mendengar ucapannya. Tanpa mengatakan sesuatu pun dia persilakan ‘Aisyah x utk naik kendaraan dan dituntun hingga bertemu dgn rombongan.

Kaum munafikin yg ditokohi oleh ‘Abdullah bin Ubay bin Salul menghembuskan berita bohong tentang ‘Aisyah x. Berita itu terus beredar dan mengguncangkan kaum muslimin termasuk Rasulullah  sedang ‘Aisyah sendiri tdk mendengar krn dia langsung jatuh sakit selama sebulan setelah kepulangan itu. Ha saja ia merasa heran krn tdk menemukan sentuhan kelembutan Rasulullah  selama sakit sebagaimana biasa bila dia sakit.

Akhir berita bohong itu pun sampai kepada ‘Aisyah melalui Ummu Misthah x. ‘Aisyah pun menangis sejadi-jadi dan meminta izin kepada Rasulullah  utk tinggal sementara waktu dgn orang tuanya. Beliau pun mengizinkan.

Sementara itu wahyu yg memutuskan perkara ini belum juga turun sehingga Rasulullah  meminta pendapat ‘Ali bin Abi Thalib dan Usamah bin Zaid c dlm urusan ini. Beliau pun menemui ‘Aisyah x mengharap kejelasan dari peristiwa ini.

Di puncak kegalauan itu dari atas langit Allah menurunkan ayat-ayat yg membebaskan ‘Aisyah x dari segala tuduhan yg disebarkan oleh orang2 munafik. ‘Aisyah x wanita mulia yg mendapatkan pembebasan Allah  dari atas langit.

Dia melukiskan keadaan pada waktu itu “Demi Allah saat itu aku tahu bahwa diriku terbebas dari segala tuduhan itu dan Allah akan membebaskan aku darinya. Namun demi Allah aku tdk pernah menyangka Allah akan menurunkan wahyu yg dibaca dlm permasalahanku dan aku merasa terlalu rendah utk dibicarakan Allah di dlm ayat yg dibaca. Aku hanya berharap Rasulullah  akan melihat mimpi yg dengan Allah membebaskan diriku dari tuduhan itu.” Ayat-ayat itu terus terbaca oleh seluruh kaum muslimin hingga hari kiamat di dlm Surat an-Nuur ayat 11 beserta sembilan ayat berikutnya.

Wanita mulia ini menjalani hari-hari bersama Rasulullah  hingga tiba saat beliau kembali ke hadapan Allah . Delapan belas tahun usia saat Rasulullah  wafat di atas pangkuan setelah hari-hari terakhir selama sakit beliau memilih utk dirawat di tempatnya. Beliau pun dikuburkan di kamar ‘Aisyah x.

Sepeninggal beliau ‘Aisyah x menyebarkan ilmu yg dia dapatkan dlm rumah tangga nubuwah. Riwayat banyak diambil oleh para sahabat yg lain dan tercatat dlm kitab-kitab. Dia menjadi seorang pengajar bagi seluruh kaum muslimin.

Keutamaan dari sisi Allah banyak dimiliki hingga Rasulullah  menyatakan “Keutamaan ‘Aisyah atas seluruh wanita bagaikan keutamaan tsarid2 atas seluruh makanan.” Bahkan Jibril  menyampaikan salam pada melalui Rasulullah .

Dengan demikian dapat dikatakan bahwa Aisyah sangat memperhatikan sesuatu yang menjadikan Rasulullah saw rela. Dia menjaga agar jangan sampai beliau menemukan sesuatu yang tidak menyenangkan darinya. Karena itu, salah satunya, dia senantiasa mengenakan pakaian yang bagus dan selalu berhias untuk Rasulullah saw.

Menjelang wafat, Rasulullah saw meminta izin kepada istri-istrinya untuk beristirahat dirumah Aisyah selama sakitnya hingga wafat. Dalam hal ini Aisyah berkata, “Merupakan kenikmatan bagiku karena Rasulullah saw wafat dipangkuanku.”

Bagi Aisyah, menetapnya Rasulullah saw selama sakit dikamarnya merupakan kehormatan yang sangat besar karena dia dapat merawat beliau hingga akhir hayat. Rasulullah saw dikuburkan dikamar Aisyah, tepat ditempat beliau meninggal.

Sementara itu, dalam tidurnya, Aisyah melihat tiga buah bulan jatuh ke kamarnya. Ketika dia memberitahukan hal ini kepada ayahnya, Abu Bakar berkata, “Jika yang engkau lihat itu benar, maka dirumahmu akan dikuburkan tiga orang yang paling mulia dimuka bumi.”

Ketika Rasulullah saw wafat, Abu Bakar berkata, “Beliau adalah orang yang paling mulia diantara ketiga bulanmu.” Ternyata Abu Bakar dan Umar bin Khattab dikubur dirumah Aisyah.

Setelah Rasulullah saw wafat, Aisyah senantiasa dihadapkan pada cobaan yang sangat berat, namun dia menghadapinya dengan hati yang sabar, penuh kerelaan terhadap taqdir Allah swt dan selalu berdiam diri didalam rumah semata-mata untuk taat kepada Allah swt.

Rumah Aisyah senantiasa dikunjungi orang-orang dari segala penjuru untuk menimba ilmu atau untuk berziarah kemakam Nabi saw. Ketika istri-istri Nabi saw hendak mengutus Ustman bin Affan menghadap khalifah Abu Bakar untuk menanyakan harta warisan Nabi saw yang merupakan bagian mereka, Aisyah justru berkata, “Bukankah Rasulullah saw telah berkata, ‘Kami para nabi tidak meninggalkan harta warisan. Apa yang kami tinggalkan itu adalah sedekah.”

Dalam penetapan hukum pun, Aisyah kerap langsung menemui wanita-wanita yang melanggar syariat Islam. Didalam Thabaqat, Ibnu Saad mengatakan bahwa Hafshah binti Abdirrahman menemui Ummul Mukminin Aisyah r.a. Ketika itu Hafshah mengenakan kerudung tipis. Secepat kilat Aisyah menarik kerudung tersebut dan menggantinya dengan kerudung yang tebal.

Aisyah tidak pernah mempermudah hukum kecuali jika sudah jelas dalilnya dari Al Qur`an dan Sunnah. Aisyah adalah orang yang paling dekat dengan Rasulullah saw sehingga banyak menyaksikan turunnya wahyu kepada beliau. Aisyah pun memiliki kesempatan untuk bertanya langsung kepada Rasulullah saw jika menemukan sesuatu yang belum dia pahami tentang suatu ayat. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa ia memperoleh ilmu langsung dari Rasulullah saw.
[Makam Sayyidatina Aisyah ]

Aisyah termasuk wanita yang banyak menghapalkan hadits-hadits Nabi saw, sehingga para ahli hadits menempatkan dia pada urutan kelima dari para penghapal hadits setelah Abu Hurairah, Ibnu Umar, Anas bin Malik dan Ibnu Abbas.

Dalam hidupnya yang penuh dengan jihad, Sayyidah Aisyah wafat pada usia 66 th, bertepatan dengan bulan Ramadhan,th ke-58 H, dan dikuburkan di Baqi`.

Kehidupan Aisyah penuh dengan kemuliaan, kezuhudan, ketawadhuan, pengabdian sepenuhnya kepada Rasulullah saw, selalu beribadah serta senantiasa melaksanakan shalat malam. Selain itu, Aisyah banyak mengeluarkan sedekah sehingga didalam rumahnya tidak akan ditemukan uang satu dirham atau satu dinar pun. Dimana sabda Rasul, “Berjaga dirilah engkau dari api neraka walaupun hanya dengan sebiji kurma.” (HR. Ahmad)

No comments:

Post a Comment